BAGIAN PERTAMA
Pendahuluan
Segala puji bagi Allah yang telah
menjadikan kita sebagai khairu ummah (sebaik-baik
umat) yang diutus kepada manusia mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran
serta tidak ridha agama Allah diselewengkan. Shalawat dan salam semoga tetap
terlimpahkan kepada pemimpin para muttaqin
dan Sayyid al Ghurr al Muhajjalin (pemimpin
para umat yang bersinar wajah dan kakinya)[1] sayyidina
Muhammad Thoha al Amin dan juga
kepada orang-orang yang mengikuti beliau yaitu para walinya yang shalih.
Allah ta’ala
berfirman:
قُلْ هَلْ
نُنَبِّئُكُمْ بِاْلأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً {103} الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيَهُمْ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا {104}
Maknanya: “Katakanlah: Apakah akan kami beritahukan
kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu
orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka
berbuat sebaik-baiknya”. (QS. Al Kahfi: 103-104)
Allah juga berfirman:
كُنتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ
Maknanya: “Kamu adalah khairu ummah yang diutus kepada
manusia, menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah”. (QS. Ali Imran: 110)
Rasulullah bersabda:
حَتَّى مَتَى تَرِعُوْنَ عَنْ ذِكْرِ الفَاجِرِ اذْكُرُوْهُ بِمَا فِيْهِ حَتَّى
يَحْذَرَهُ النَّاسُ رواه البيهقي
Maknanya: “Sampai kapan kalian takut dari menyebut
orang yang jahat?! Sebutkanlah dia dengan apa yang ada padanya sehingga manusia
bisa mewaspadainya.” (Diriwayatkan al Baihaqi).[2]
Rasulullah juga berkata:
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا رواه مسلم
Maknanya: “Barang siapa yang menipu kita maka ia bukan
golongan kita (bukan termasuk golongan mukmin yang sempurna)”. (Diriwayatkan
oleh Muslim).[3]
Abu Ali al Daqqaq mengatakan:
الساكت
عن الحق شيطان أخرس
“Orang yang diam dari kebenaran maka dia adalah syetan bisu”.
Saudaraku, tidaklah aneh jika
umat Islam memberikan pembelaan terhadap agamanya yang mulia, untuk membuka
kedok mereka yang menyimpang dari Islam, kata-katanya penuh dengan racun dan dusta.
Karenanya umat berjuang dengan lisan dan tulisan untuk menghilangkan duri-duri
yang menghalangi kebenaran agama ini dan membersihkan aqidah nabi Muhammad r dari segala bid’ah dan
penyelewengan.
Umat Islam telah banyak menghadapi berbagai macam badai sejak masa sayyidina
Muhammad sampai pada masa kita sekarang
ini. Orang-orang kafir Quraisy telah memerangi nabi Muhammad dan para
sahabatnya. Pada masa Abu Bakar al Siddiq terjadi peperangan melawan kemurtadan,
pada masa Umar al Faruq muncul Abu Lu’luah seorang Majusi penyebar fitnah. Dan
pada masa Ali muncul para pemberontak dan orang-orang Khawarij yang
mengkafirkan umat Islam.
Umat Islam memerangi mereka
semua, sehingga cobaan semakin bertambah banyak dan berat. Dan setelah sekian
lama berlalu, terjadi usaha-usaha penyelewengan terhadap agama Allah, akan
tetapi Allah menjaga agama ini dari tipu daya setiap para pengkhianat.
Pada masa sekarang ini dan setelah
ratusan tahun berlalu, kaum Khawarij kembali muncul pada abad 12 dengan bentuk
serangan yang baru terhadap Islam yang
senantiasa masih kita ingat sampai sekarang. Bahkan bahayanya semakin
bertambah. Tidaklah berlebihan jika kita mengatakan bahwa gerakan neo-khawarij ini
adalah gerakan yang paling berbahaya yang mengancam Islam dan aqidah umat
Islam.
Sejak 250 tahun kolonial Inggris
telah menebar fitnah di dunia Islam, yaitu ketika egoisme penjajah dalam upaya
menguasai Islam bertemu dengan kecongkaan seseorang yang diperbudak hawa nafsunya,
ambisius dalam kekuasaan, tidak nampak kewara’an pada dirinya, dangkal
pengetahuan agamanya, dan lebih dikenal sebagai orang yang mengedepankan hawa
nafsunya. Kelancanganya dalam melanggar kebenaran merambah pada “mencatut” nama
para ulama Islam dan para imam madzhab hingga sampai pada batas pelecehan
terhadap sayyidina Muhammad r. Karena dia
menganggap tongkat penyanggah dirinya lebih bermanfaat dari Muhammad r. Itulah
sebabnya penjajah melihat potensi pada Muhammad ibn Abdul Wahhab sebagai binaan
dan menyiapkan untuknya julukan yang baru bagi mata-mata Inggris yang bernama Jefri
Hamford. Mereka memberinya julukan imam,
mujaddid (pembaharu) al Mushlih
(orang yang memperbaiki) dan julukan lainnya pada Muhammad ibn Abdul Wahhab
untuk kepentingan penjajahan. Demikianlah pergerakan Wahabiyah tumbuh dengan
bersembunyi di balik nama dakwah salafiyah.
Dakwah mereka bermula dari Nejed,
hal itu sesuai dengan hadits Rasulullah r:
بِهَا يَطْلَعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ رواه
البخاري
“Di sana (Nejed) akan muncul
tanduk Syetan” (H.R al Bukhari)[4]
dan riwayat
Tirmidzi berbunyi:
مِنْهَا يَخْرُجُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
“Dari sana keluar tanduk syetan”.[5]
Dalam penyebaran dakwahnya Wahabiyah mengkafirkan
setiap orang yang menentang dakwah mereka
dan mereka jadikan hal itu sebagai intrument dakwahnya seperti
pengkafiran kepada setiap orang yang bertawassul kepada Allah dengan kemuliaan para
nabi, para wali, orang-orang shalih dan lainnnya. Sehingga mereka mengkafirkan
penduduk Mesir, Syam, Irak dan Yaman, mereka juga mengkafirkan setiap orang
dari penduduk Nejed dan daerah sekitarnya karena bekerja sama dalam perdagangan
dengan negara-negara tersebut.
Sebagaimana
disebutkan oleh mufti Makkah al Mukarramah Syekh Ahmad Zaini Dahlan[6] bahwa kaum
Wahabiyah adalah fitnah bagi umat Islam. Wahabiyah telah melakukan serangkaian
kejahatan yang sangat sadis, tidak ada seorangpun yang selamat dari
kejahatannya baik orang tua, perempuan maupun anak-anak kecil yang baru
dilahirkan. Wahabiyah menyerang al Haramain, mereka tidak menegakkan keharaman (kemuliaan) tanah yang mulia
tersebut sehingga mereka merampok harta penduduk al Haramain, memperkosa
perempuannya, membunuh ulama, dan orang awamnya dan mencuri peninggalan-peninggalan
Nabi yang mulia di Makkah dan Madinah. Semua itu dibawah kedok memerangi bid’ah dan kesyirikan, inna lillahi wainna ilaihi raji’un.
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan sedikit
menjelaskan tentang kejahatan-kejahatan mereka, beliau mengatakan: “Ketika orang-orang
Wahabi masuk Thaif mereka benar-benar membunuh manusia secara massal dan membantai
yang tua, kecil, rakyat dan gubernur, yang berpangkat, dan yang hina, bahkan
mereka menyembelih bayi yang masih menyusu di hadapan ibunya. Mereka masuk ke
rumah-rumah, mengeluarkan penghuni rumah dan membunuhnya. Kemudian mereka mendapatkan
sekelompok orang yang sedang belajar al Qur’an maka mereka membunuh seluruhnya
dan bahkan mereka menyisir setiap kedai dan masjid dan membunuh setiap orang
yang berada di dalamnya. Mereka juga membunuh seorang laki-laki yang sedang rukuk
atau sujud di dalam masjid sehingga mereka semua binasa. Semoga adzab penguasa
langit menimpa mereka”.[7] Kemudian
beliau mengatakan: “Kemudian mereka juga merampok harta, barang dagangan,
perkakas rumah dan kasur, kemudian mereka tumpuk hingga barang-barang yang
mereka rampas menggunung di perkemahan mereka. Semuanya mereka tumpuk kecuali
kitab, mereka biarkan kitab-kitab tersebut berserakan di jalanan, lorong-lorong
jalan dan pasar-pasar. Kitab-kitab tersebut diterpa angin padahal di antara
kitab-kitab tersebut ada mushhaf-mushhaf dan ribuan kitab-kitab dari naskah al
Bukhari, Muslim dan kitab-kitab hadits, fiqih, nahwu dan lainnya dari semua
disiplin keilmuan. Selama berhari-hari kitab-kitab tersebut berserakan
terinjak-injak oleh kaki mereka dan tak seorangpun yang mampu mengangkat satu
kertaspun darinya. Itulah pernyataan yang kami kutip dari perkataan syekh
Dahlan yang membongkar kejahatan yang diperbuat oleh tangan-tangan para “gembel”
tersebut.
Sesungguhnya para penjajah ketika
mendukung gerakan wahabi yang secara agama menyimpang jauh dari ajaran Islam dan mempersenjatai
serta mendanai mereka tujuannya untuk menancapkan kekuasaannya pada jazirah
Arab. Mereka hanyalah ingin menjadikan gerakan wahabi sebagai sentra umat Islam
menggantikan al Azhar asy-Syarif yang
pada waktu itu banyak mengeluarkan para ulama dan para alumninya menyebarkan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Sesungguhnya kedok gerakan wahabi
dengan berdalih mengenakan pakaian salaf dan mengklaim menjaga tauhid dan aqidah
serta menghidupkan ajaran yang dianut oleh para ulama salaf shalih menjadi racun yang mematikan untuk
menggerogoti umat, bahkan bisa langsung sampai pada hati mereka yang akan terus
menjalar ke seluruh badan. Racun Wahabiyah bagaikan tumor ganas yamg
menggerogoti badan perlahan-lahan. Sungguh tumor dan penyakit seperti ini membutuhkan
kepada orang yang ahli dalam mengobatinya. Syukur kepada Allah yang telah
membuka kedok gerakan wahabi dan kesesatan mereka melalui penjelasan para ulama
dan di antara mereka adalah Syekh al Hafidz Abu Abdurrahman Abdullah ibn Yusuf
al Harari al Habasyi –semoga Allah merahmatinya- dan beliau adalah ulama zaman
sekarang. Kenikmatan dan karunia hanyalah dari Allah.
Bagi orang yang mau merenungkan
sepak terjang gerakan wahabi pasti akan sampai pada kesimpulan bahwa seakan-akan
mereka telah menggali kuburan Muhammad ibn Abdul Wahhab dan Ahmad ibn Taimiyah
untuk mengeluarkan racun darinya dan menyematkan dalam jasad umat ini. Wahabiyah
tidak menganggap keberadaan para ulama kecuali hanya Muhammad ibn Abdul Wahhab
dan Ibn Taimiyyah. Mereka menjadikan pendapat keduanya bagaikan nash yang paten
tidak boleh di otak atik. Mereka menyerang umat dengan pedang pembodohan dan
penyesatan untuk mengkampanyekan ide dari seseorang yang telah dikafirkan oleh
para ulama (Ibn Taimiyyah).
[1]
Istilah ghurrul muhajjalin adalah sebutan bagi umat Islam yang kelak di
akhirat wajah dan kaki mereka bersinar karena bekas air wudhu yang mereka
gunakan selama di dunia.
[2]
Diriwayatkan oleh al Baihaqi dalam kitab sunannya (Beirut: Dar al
Ma’rifah) juz 10 hal. 210
[3]
Shahih Muslim: Kitab al Iman: bab sabda Rasul: man ghassana falaisa
minna, (Beirut: Dar al Fikr), hal. 101
[4]
Shahih al Bukhari: Kitab al Fitan: Bab sabda Nabi al Fitnah min
qibali al masyriq, (Beirut: Dar al Ma’rifah) hadits ke. 8094
[5]
Sunan al Tirmidzi: Kitab al Manaqib: Bab fi fadhli al Syam wa al
Yaman, (Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyyah) hadits ke. 3953
[6] Ahmad Zaini Dahlan, nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Zaini Dahlan ibn Ahmad Dahlan ibn ‘Utsman
Dahlan ibn Ni’matUllah ibn ‘Abdur Rahman ibn Muhammad ibn ‘Abdullah ibn ‘Utsman
ibn ‘Athoya ibn Faaris ibn Musthofa ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zaini ibn Qaadir
ibn ‘Abdul Wahhaab ibn Muhammad ibn ‘Abdur Razzaq ibn ‘Ali ibn Ahmad ibn Ahmad
(Mutsanna) ibn Muhammad ibn Zakariya ibn Yahya ibn Muhammad ibn Abi ‘Abdillah ibn
al-Hasan ibn Sayyidina ‘Abdul Qaadir al-Jilani, Sulthanul Awliya ibn Abi Sholeh
Musa ibn Janki Dausat Haq ibn Yahya az-Zaahid ibn Muhammad ibn Daud ibn Musa
al-Juun ibn ‘Abdullah al-Mahd ibn al-Hasan al-Mutsanna ibn al-Hasan as-Sibth ibn
Sayyidinal-Imam ‘Ali & Sayyidatina Fathimah al-Batuul. Lahir di Makkah pada
1232H/1816M. Selesai menimba ilmu di kota kelahirannya, ia lantas dilantik
menjadi mufti Madzhab Syafi’i, merangkap “Syeikh al-Haram” suatu pangkat ulama
tertinggi saat itu yang mengajar di Masjid al-Haram yang diangkat oleh Syeikh
al-Islam yang berkedudukan di Istanbul, Turki. Diantara murid-murid beliau yang
terkenal ialah Sayyid Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi. Pengarang “I’anathuth-Tholiibn
Syarh Fath al-Mu’in karya al-Malibary” yang masyhur, Sayyidil Quthub
al-Habib Ahmad ibn Hasan al-Aththas, Sayyid Abdullah az-Zawawi, Mufti
Syafiiyyah, Mekah. Sayyid Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi telah mengarang kitab
bernama “Nafahatur Rahman” yang merupakan manaqib atau biografi
kebesaran gurunya Sayyid Ahmad. Adapun ulama-ulama Nusantara yang pernah
berguru dengan ulama besar ini ialah Syeikh Nawawi Banten, Syeikh Abdul Hamid
Kudus (Jawa Timur), Syeikh Muhammad Khalil al-Maduri (Jawa Timur), Syeikh
Muhammad Saleh ibn Umar Darat (Semarang), Syeikh Ahmad Khatib ibn Abdul Latif ibn
Abdullah al-Minankabawi (Sumatra Barat), Syeikh Hasyim Asy’ari Jombang (Jawa
Timur), Sayyid Utsman ibn ‘Aqil ibn Yahya Betawi (DKI Jakarta), Syeikh Arsyad
Thawil al-Bantani (Banten), Tuan guru Kisa-i’ Minankabawi (atau namanya Syeikh
Muhammad Amrullah Tuanku Abdullah Saleh). Di antara
karyanya adalah Al-Futuhatul Islamiyyah;
Tarikh Duwalul Islamiyyah; Khulasatul Kalam fi Umuri Baladil Haram; Al-Fathul
Muibn fi Fadhoil Khulafa ar-Rasyidin; Ad-Durarus Saniyyah fi raddi ‘alal
Wahhabiyyah; Asnal Matholib fi Najati Abi Tholib; Tanbihul Ghafilin Mukhtasar
Minhajul ‘Abidin; Hasyiah Matan Samarqandi; Risalah al-Isti`araat; Risalah
I’raab Ja-a Zaidun; Risalah al-Bayyinaat; Risalah fi Fadhoilis Sholah;
Shirathun Nabawiyyah; Syarah Ajrumiyyah; Fathul Jawad al-Mannan; Al-Fawaiduz
Zainiyyah Syarah Alfiyyah as-Suyuthi; Manhalul ‘Athsyaan. Wafat di Madinah al Munawarah tahun 1304/1886.
[7]
Ahmad Zaini Dahlan, Umara’ al Balad al Haram, (Beirut: al Dar al Muttahidah
li an-Nasyr), hal. 297-298
2 komentar:
saya dari Aceh, pernah nyantri di dayah/pesantren Aceh. saya pernah membaca beberapa tulisan ustaz, terus terang saya merasakan ustaz mempunyai ilmu yang lumayan tinggi dan dgn sangat gigih mempertahankan i'tiqad ahlussunah. dalam kesempatan yg berbahagia ini, saya ingin berkonsultasi kepada ustaz tentang kualitas hadits (disebut2 sebagai hadits dikalangan sufi)yakni hadits qudsi berbunyi :"al-insan sirrii wa ana sirruhu". saya pernah berusaha mencarinya dalam kitab hadits atau kitab2 takhrij hadits, namun saya tidak menemukannya, meskipun hadits tersebut banyak ditemukan dalam kitab2 sufi, namun tanpa sanad dan perawinya. Mungkin ustaz dapat memberikan penjelasan mengenai status hadits ini, apakah dha'if, maudhu' atau shahih. tentunya dengan meruju' kepada kitab2 mu'tabar dari kalangan ahli hadits dari ahlussunnah wal jama'ah.
atas bantuan ustaz, semoga Allah membalas dengan rahmat dan hidayahnya.
wassalam
Sebuah kajian teoritis yang sangat menarik dan berbobot dalam mengungkap sekte Wahabi yang akhir-akhir ini sangat meresahkan kalangan ulama Ahlussunnah wal Jama'ah khususnya dan para loyalis Ahlussunnah wal Jama'ah pada umumnya. Tetap semangat pak kyai, dalam membendung sekte Wahabiyah yang selalu meresahkan dan menimbulkan kekacauan di negara tercinta ini. Kami adalah orang Indonesia yang beragama Islam bukan orang Arab (wahabi) yang ada di Indonesia. Kami tetap mengawal bid'ah-bid'ah yang mahmudah dan hasanah...
Posting Komentar