Kamis, 17 Juni 2010

Buku Dijual Sangat Murah!!!!! Dapatkan segera!!!!!!!!!!!!!!!!



Prolog; Latar Belakang
Bab     I           Kata Istawâ Dalam Tinjauan Terminologis
a.       Penyebutan Kata Istawâ,_
b.      Definisi Arsy,_
c.       Makna Istawâ Dalam Tinjauan Bahasa,_
d.      Pembahasan Terminologis,_
e.       Istawâ Dalam Makna Istawlâ Dan Qahara,_
f.        Tidak Semua Makna Istawlâ atau Qahara Berindikasi Sabq al-Mughâlabah,_
g.       Penggunaan Kata “Tsumma” Dalam Beberapa Ayat Tentang Istawâ,_
h.       Di Atas Arsy Terdapat Tempat,_
i.         Makna Nama Allah “al-‘Alyy” Dan Kata“Fawq” Pada Hak-Nya,_
j.        Di antara Ulama Ahlussunnah Dari Kalangan Ulama Salaf Dan Khalaf Yang Mentakwil Istawâ Dengan Istawlâ dan Qahara,_

Bab     II         Penjelasan Imam Empat Madzhab Tentang Makna Istawa
a.       Penjelasan Imam Malik ibn Anas,_
b.      Penjelasan Imam Abu Hanifah an-Nu’man ibn Tsabit,_
c.       Penjelasan Imam asy-Syafi’i,_
d.      Penjelasan Imam Ahmad ibn Hanbal,_

Bab     III        Jawaban Atas Kerancuan Faham Musyabbihah Dalam Pengingkaran Mereka Terhadap Tafsir Istawâ Dengan Istawlâ
a.       Kerancuan Pertama; Pengingkaran Mereka Terhadap Ahli Bahasa,_
b.      Kerancuan Kedua; Pemahaman Mereka Tentang Sabq al-Mughâlabah,_
c.       Kerancuan ke Tiga; Pengingkaran Mereka Terhadap Sya’ir Tentang Basyr Ibn Marwan,_
d.      Kerancuan Ke Empat; Pernyataan Mereka Bahwa Di Dalam Al-Qur’an Tidak Terdapat Penyebutan Kata Istawlâ (Menguasai),_
e.       Kerancuan ke Lima; Faedah Penyebutan Arsy Secara Khusus Dalam Ayat-Ayat Tentang Istawâ,_
f.        Kerancuan Ke enam; Pengingkaran Mereka Bahwa Tidak Ada Ulama Salaf Yang Mentakwil Istawâ Dengan Istawlâ,_
g.       Kerancuan Ke tujuh; Mereka Menyerupakan Sifat Menguasai Basyr Ibn Marwan Dengan Sifat Menguasai (al-Qahr; al-Istîlâ) Pada Hak Allah,_
h.       Kerancuan Ke Delapan; Pernyataan Mereka Bahwa Takwil Istawâ Dengan Istawlâ Adalah Faham Mu’tazilah,_
i.         Kerancuan Ke Sembilan; Keyakinan Tasybih Utsaimin Dalam Menyerupakan Istawâ Pada Hak Allah Dengan Istawâ Pada Hak Makhluk,_
j.        Kerancuan Ke Sepuluh; Mereka Mengatakan Bahwa Metodologi Takwil Sama Dengan Menafikan Sifat-Sifat Allah,_ 

Rabu, 09 Juni 2010

Penjelasan Tentang Riddah (Keluar Dari Islam) Dari Berbagai Kitab Para Ulama 4 Madzhab [Supaya Kita Selalu Terhindar Dari Kufur]

الردة
الردة وهي قطع الإسلام، وتنقسم إلى ثلاثة أقسام: أفعال وأقوالٌ واعتقادات كما اتَّفقَ على ذلك أهل المذاهب الأربعة وغيرهم، كالنووي (ت676 هـ) وغيره من الشافعية، وابن عابدين ( ت 1252 هـ ) وغيره من الحنفية، ومحمد عليش ( ت1299 هـ ) وغيره من المالكية، والبهوتي ( ت 1051 هـ) وغيره من الحنابلة.

Riddah
Riddah adalah memutuskan Islam. Riddah terbagi kepada tiga macam; riddah (keluar dari Islam) karena perbuatan, karena perkataan dan karena keyakinan. Pembagian ini telah disepakati oleh para ulama dari empat madzhab dan lainnya; seperti, al-Imam an-Nawawi (w 676 H) dan lainnya dari ulama madzhab Syafi’i, al-Imam Ibn Abidin (w 1252 H) dan lainnya dari ulama madzhab Hanafi, Syekh Muhammad Illaisy (w 1299 H) dan lainnya dari ulama madzhab Maliki, dan al-Imam al-Buhuti (w 1051 H) dan lainnya dari ulama madzhab Hanbali.

وكلٌّ من الثلاثة كفرٌ بمفردِهِ فالكفرُ القوليُّ كفرٌ ولو لم يقترن به اعتقادٌ أو فعلٌ، والكفرُ الفِعْلِيُّ كفرٌ ولو لم يقترن به قول أو اعتقادٌ أو انشراحُ الصَّدْر به، والكفرُ الاعتقادي كفرٌ ولو لم يقترن به قولٌ أو فعلٌ، وسواء حصول هذا من جاهل بالحكم أو هازل أو غضبان.
قال الله تعالى: [وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ] {التوبة 66-65 } .

Setiap satu dari tiga macam kufur di atas dengan sendirinya merupakan kekufuran (artinya mengeluarkan seseorang dari Islam). Kufur Qawli misalkan, (kufur karena ucapan) dengan sendirinya bila terjadi dapat mengeluarkan seseorang dari Islam sekalipun tidak dibarengi dengan kufur I’tiqadi dan atau kufur Fi’li. Demikian pula kufur Fi’li (kufur karena perbuatan) dengan sendirinya bila terjadi dapat mengeluarkna seseorang dari Islam sekalipun tidak dibarengi dengan kufur Qawli, atau kufur I’tiqadi, dan juga walaupun tidak dibarengi dengan tujuan dalam hati untuk keluar dari Islam itu sendiri. Dan demikian pula dengan kufur I’tiqadi dengan sendirinya ia merupakan kekufuran walaupun tidak dibarengi dengan kufur Qawli dan atau kufur Fi’li. Dengan demikian setiap satu dari tiga macam kufur ini bila terjadi masing-masing maka dengan sendirinya mengeluarkan seseorang dari Islam, sama halnya bila itu terjadi dari seorang yang tidak mengetahui hukumnya, atau orang yang dalam keadaan bercanda, dan atau orang yang dalam keadaan marah.